Al-hamdulillah, segala puji milik Allah Ta’ala. Shalawat dan salam atas Nabi Musthofa –Shallallahu ‘Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Bulan Ramadhan adalah bulan berlomba-lomba dalam kebaikan dan meningkatkan ketaatan. Pahala amal ibadah dilipatgandakan lebih besar dibandingkan hari-hari selainnya. Di antara amal ibadah yang harus mendapat perhatian adalah shodaqoh. Jangan sampai kita tidak mendapat bagian dari amal shalih di bulan mulia ini.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
أَفْضَلُ الصَّدَقَةِ صَدَقَةٌ فِي رَمَضَانَ
“Sedekah paling utama adalah sedekah di bulan Ramadhan.” (HR. Al-Tirmidzi)
Diriwayatkan dalam Shahihain, dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma,
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم أجود الناس وكان أجود ما يكون في رمضان حين يلقاه جبريل فيدارسه القرآن، فلرسول الله صلى الله عليه وسلم حين يلقاه جبريل أجود بالخير من الريح المرسلة
“Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah orang paling (baik) dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan saat ditemui Jibril. Jibril menemuinya setiap malam untuk mengajarkan Al-Qur’an. Dan kedermawanan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam melebihi angin yang berhembus.”
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam lebih memperbanyak shodaqoh di bulan Ramadhan menjadi dalil yang sangat jelas bahwa shodaqoh di bulan Ramadhan lebih utama di bandingkan bulan-bulan selainnya.
Bentuk shodaqoh di Ramadhan sangat beragam. Bisa berbagi dengan uang, makanan, bantuan, atau pertolongan ke orang lain. Dan tersenyum terhitung sebagai shodaqoh.
Ada jenis shodaqoh utama di bulan ini yang sudah ditradisikan para ulama; yaitu berbagi makanan siap santap. Yakni sedekah dalam bentuk jamuan makan untuk orang-orang yang berpuasa. Khususnya kepada mereka yang miskin dan kekurangan. Kepada saudara seiman yang berkecukupan juga punya keutamaan.
Allah Subahanahu wa Ta’ala memuji orang-orang yang bersedekah dalam bentuk makanan dalam firman-Nya,
وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا؛ إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا
“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.” (QS. Al-Insan: 8-9)
Allah menyebutkan di antara sifat Ashabul Maimanah (golongan kanan) yang akan masuk surga adalah gemar memberi makan kepada orang tak mampu.
أَوْ إِطْعَامٌ فِي يَوْمٍ ذِي مَسْغَبَةٍ؛ يَتِيمًا ذَا مَقْرَبَةٍ؛ أَوْ مِسْكِينًا ذَا مَتْرَبَةٍ
“Atau memberi makan pada hari kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau orang miskin yang sangat fakir.” (QS. Al-Balad: 14-16)
Keutamaan shodaqoh memberi makan ini telah dijelaskan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai sebab masuk surga.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ، أَفْشُوا السَّلَامَ، وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ، وَصَلُّوا وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُونَ الجَنَّةَ بِسَلَام
“Wahai manusia! terbarkan salam, berilah makan, shalatla saat manusia tidur maka kalian akan masuk surga dengan kesejahteraan.” (HR. Al-Tirmidzi, beliau nyatakan sebagai hadits shahih)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah ditanya tentang amal Islam yang terbaik. Beliau menjawab,
تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَتَقْرَأُ السَّلَامَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ
“Kamu beri makan dan mengucapkan salam kepada orang yang kau kenal dan tak kau kenal.” (Muttafaq ‘Alaih) masih banyak lagi hadits-hadits lain menerangkan keutamaan sedekah memberi makan.
Para ulama salafush shalih senang sekali bershodaqoh Ith’am Tho’am (memberi makan). Bahkan tidak sedikit dari mereka yang lebih mendahulukannya atas amal-amal ibadah lainnya. Bentuknya dengan mengenyangkan orang yang lapar atau memberi makan saudara seiman yang shalih. Dalam amal ini tidak disyaratkan penerimanya harus orang miskin.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
أيما مؤمن أطعم مؤمنا على جوع أطعمه الله يوم القيامة من ثمار الجنة وأيما مؤمن سقى مؤمنا على ظمإ سقاه الله يوم القيامة من الرحيق المختوم وأيما مؤمن كسا مؤمنا على عري كساه الله من خضر الجنة
“Siapapun orang beriman yang beri makan mukmin yang kelaparan, Allah akan memberinya makanan dari buah-buahan surga pada hari kiamat nanti. Siapapun orang beriman yang beri minum mukmin yang kehausan, Allah akan memberinya minum dari minuman surga pada hari kiamat nanti. Siapapun orang beriman yang beri pakaian mukmin lainnya supaya tidak telanjang, Allah akan memberinya pakaian dari sutera surga pada hari kiamat nanti.” (HR. Al-Tirmidzi dengan sanad hasan)
Sebagian salaf berkata, “mengundang makan sepuluh orang dari sahabat-sahabatku dengan makanan yang mereka gemari lebih aku sukai daripada membebaskan sepuluh orang budak dari keturunan Ismail.”
Banyak sekali ulama salaf yang ‘ngalah’ dengan berbagi hidangan berbukanya kepada orang lain; contohnya Abdullah bin Umar, Dawud Al-Tha’i, Malik bin Dinar, dan Ahmad bin Hambal.
Ibnu Umar tidak berbuka kecuali bersama anak-anak yatim dan orang miskin.
Ada juga kisah sebagian salaf yang sangat menakjubkan, ia memberikan makan siang kepada teman-temannya sampai kenyang sementara dirinya sedang berpuasa. Di antaranya adalah Al-Hasan al-Bashri dan Abdullah bin Mubarak.
Bershodaqoh makanan akan melahirkan bentuk ibadah-ibadah yang sangat banyak; di antaranya saling mencintai dan menyayangi antar orang-orang beriman yang akan menjadi sebab masuk surga.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
لن تدخلوا الجنة حتى تؤمنوا و لن تؤمنوا حتى تحابوا
“Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman. Dan tidak akan menjadi orang mukmin kecuali kalian saling mencintai.” (HR. HR. Muslim)
Adanya sedekah bentuk ini akan mendorong pelakunya bermajelis bersama orang-orang shalih dan mendapat pahala besar karena membantu dan menguatkan mereka menjalankan ketaatan.
Lebih-lebih jika shodaqoh menyiapkan jamuan makan ini dinikmati orang-orang yang berpuasa saat berbukanya, dirinya akan mendapatkan pahala sebanyak pahalanya orang-orang yang berpuasa tersebut. Ditambah lagi ibadah-ibadah mereka di malam harinya yang tenaganya dihasilkan dari makanan yang ia shodaqohkan.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لَا يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا
“Siapa yang memberi berbuka orang puasa, baginya pahala seperti pahala orang berpuasa tadi tanpa dikurangi dari pahalanya sedikitpun.” (HR. Ahmad, al-Tirmidzi, Nasai, dan dishahihkan al-Albani)
Sebagian ulama berpendapat, keutamaan ini bisa didapatkan dengan memberi hidangan berbuka walau dengan sesuatu yang sedikit, seperti satu butir kurma, segelas air, atau seteguk susu, dan yang serupa.
Sebagian yang lainnya berpendapat bahwa keutamaan ini didapatkan dengan memberi makan berbuka puasa sampai mengenyangkan orang yang berpuasa. Karena dengan kenyangnya tersebut, ia bisa kuat menjalankan ibadah di malam itu.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah berkata,
والمراد بتفطيره : أن يُشبعه
“Dan maksud dengan memberikan makanan berbuka kepadanya adalah dengan membuatnya kenyang.” (Al-Fatawa Al-Kubra: 4/460)
Ibnu Muflih di Al-Furu’ mengatakan, “Guru kami mengatakan, maksudnya adalah dengan memberikan hidangan berbuka kepadanya sampai membuatnya kenyang.”
Intinya, shodaqoh memberi makan orang lain di bulan Ramadhan adalah amal kebaikan yang berpahala besar. Jangan sampai amal ini terlalaikan oleh kita di tengah ramainya amal-amal shalih lainnya di bulan mulia ini. Wallahu A’lam.
Oleh: Abu Misykah